Dahulu Desa Pelangi Sekarang Kota Berlian
Mungkin anda bertanya-tanya mengapa demikian, mengapa Kuala Tungkal di katakan "Dahulu Desa Pelangi Sekarang Kota Berlian" hal tersebut di karenakan Kuala Tungkal ketika masih pendesaan di penuhi dengan berbagai Warna baik budaya, tanaman dan transportasinya. Sebelum China masuk, Kuala Tungkal masih pendesaan yang indah layaknya pelangi tanaman terbanyak saat itu adalah Kelapa, Pisang, Nipah dan Padi serta bunga-bunga liar yang tumbuh tertata. Setelah China masuk dan Kuala Tungkal adalah penduduk yang ramah sehingga bisa menerima pendatang China untuk berdangang. Lama kelamaan china mulai mendominasi dengan bangunan gedung yang tinggi sehingga Kuala Tungkal berubah menjadi kota. Masyarakat Tungkal tidak ingin ketinggalan mereka juga membangun toko-toko besar untuk menujang potensi daerah tercinta. Sehingga ketika Tungkal sudah menjadi kota seperti saat ini Kuala Tungkal tetap Indah dan Memukau. Apalagi daerah ini adalah daerah tepi laut penghasilan seafoodnya sangat waw, sehingga Kuala Tungkal adalah Kota Berlian.
Sebelum abad ke-17 di Tanah Tungkal ini sudah berpenghuni seperti Merlung, Tanjung Paku, Suban yang sudah dipimpin oleh seorang Demong, jauh sebelum datangnya rombongan 199 orang dari Pariang Padang Panjang yang dipimpin oleh Datuk Andiko dan sebelum masuknya utusan Raja Johor.
Kemudian memasuki abad ke-17 ketika itu daerah ini masih disebut Tungkal saja, daerah ini dikuasai atau dibawah Pemerintahan Raja Johor. Dimana yang menjadi wakil Raja Johor di daerah ini pada waktu itu adalah Orang Kayo Depati. Setelah lama memerintah Ornag Kayo Depati pulang ke Johor dan ia digantikan oleh Orang Kayo Syahbandar yang berkedudukan di Lubuk Petai. Setelah Orang Kayo Syahbandar kemudian diganti lagi oleh Orang Kayo Ario Santiko yang berkedudukan di Tanjung Agung (Lubuk petai) dan Datuk Bandar Dayah yang berkedudukan di Batu Ampar, daerahnya meliputi Tanjung rengas sampai ke Hilir Kuala Tungkal atau Tungkal Ilir sekarang
Memasuki abad ke- 18 atau sekitar tahun 1841-1855 Tungkal dikuasai dan dibawah Pemerintahan Sultan Jambi yaitu Sultan Abdul Rahman Nasaruddin. Pada saat itu kesultanan Jambi mengirim seorang Pangeran yang bernama Pangeran Badik Uzaman ke Tungkal yaitu Tungka Ulu sekarang Kedatangannya disambut baik oleh orang Kayo Ario Santiko dan Datuk Bandar Dayah.
Setelah terbukanya kota Kuala Tungkal maka semakin banyak orang mulai datang, sekitar tahun 1902 dari suku Banjar yang berimigrasi dari Pulau Kalimantan melalui Malaysia. Mereka ini berjumlah 16 orang antara lain : H.Abdul Rasyid, Hasan, Si Tamin gelar Pak Awang, Pak Jenang, Belacan Gelar Kucir, Buaji dan kemudian mereka ini berdatangan lagi dengan jumlah agak lebih besar yaitu 56 orang yang dipimpin oleh Haji Anuari dan iparnya Haji Baharuddin, Rombongan 56 orang ini banyak menetap di Bram Itam Kanan dan Bram Itam Kiri. Selanjutnya datang lagi dari suku Bugis, Jawa, Suku Donok atau Suku Laut yang banyak hidup dipantai/laut, dan Cina serta India yang datang untuk berdagang .
Pada tahun 1901 kerajaan Jambi takluk keseluruhannya kepada Pemerintahan Belanda termasuk Tanah Tungkal khususnya di Tungkal Ulu yang Konteleir jenderalnya berkedudukan di Pematang Pauh. Sehingga pecahlah perperangan antara masyarakat Tungkal ulu dan Merlung dengan Belanda. Karena mendapat serangan yang cukup berat akhirnya pemerintah Belanda mengundurkan diri dan hengkang dari wilayah itu. Perperangan itu dipimpin oleh Raden Usman anak dari Badik Uzaman. Raden Usman kemudian wafat dan dimakamkan di Pelabuhan Dagang.
Selanjutnya muncullah Pemerintahan kerajaan Lubuk Petai yang dipimpin oleh Orang Kayo Usman Lubuk Petai kemudian membentuk pemerintahan baru. Pada waktu itu dibentuklah oleh H.Muhammad Dahlan Orang Kayo yang pertama dalam penyusunan pemerintahan yang baru.
Orang Kayo pertama ini pada waktu itu masih diintip dan diserang oleh rombongan dari Jambi. Ia diserang dan ditembak dirumahnya lalu patah. Maka bernamalah pemerintahan itu dengan Pemerintahan Pesirah Patah sampai zaman kemerdekaan. Dusun-dusun pada pemerintahan Pesirah Patah dan asal mula namanya adalah : Ø Dusun Lubuk Kambing tadinya berasal dari Benaluh dan Lingkis. Ø Dusun Sungai Rotan tadinya berasal dari dusun Timong dalam. Ø Dusun Ranatu Benar tadinya berasal dari Riak Runai dan Air dan Air Talun. Ø Dusun Pulau Pauh tadinya berasal dari kampung Jelmu pulau Embacang. Ø Dusun Penyambungan dan Lubuk Terap berasal dari Suku Teberau. Ø Dusun Merlung tadinya berasal dari suku Pulau Ringan yang dibagi lagi dalam beberapa suku yaitu : Pulau Ringan, Kebon Tengah, Langkat, Aur Duri, Kuburan Panjang, Gemuruh, dan Teluk yang tunduk dengan Demong. Ø Dusun Tanjung Paku tadinya berasal dari Tangga Larik. Ø Dusun Rantau Badak tadinya berasal dari Dusun Lubuk Lalang dan Tanjung Kemang. Ø Dusun Mudo tadinya Talang Tungkal dan Lubuk Petai. Ø Dusun Kuala Dasal yang pada waktu itu belum lahir adalah dusun Pecang Belango. Ø Dusun Badang tadinya berasal dari Badang Lepang di dalam. Ø Dusun Tanjung Tayas tadinya berasal dari Bumbung. Ø Dusun Pematang Pauh. Ø Dusun Batu Ampar yang sekarang menjadi Pelabuhan Dagang. Ø Dusun Taman Raja tadinya bernama Pekan atau pasar dari kerajaan Lubuk Petai. Kemudian disebut Taman Raja karena dulunya merupakan tempat pertemuan dan musyawarah raja Lubuk Petai dan raja Gagak. Ø Dusun Suban tadinya berasal dari Suban Dalam. Ø Dusun Lubuk Bernai tadinya Tanjung Getting dan Lubuk Lawas. Ø Dusun Kampung Baru. Ø Dusun Tanjung Bojo. Ø Dusun Kebun. Ø Dusun Tebing Tinggi. Ø Dusun Teluk Ketapang. Ø Dusun Senyerang. Marga Tungkal Ulu : - Pesirah MT.Pahruddin (195 Zaman pemerintahan Orang Kayo H.Muhammad Dahlan berakhir sampai sekitar tahun 1949, kemudian barulah gelar Orang Kayo berubah menjadi Pesirah sekitar tahun 1951. Sebelum Kabupaten Dati II Tanjung Jabung terbentuk, berada dalam Kewedanaan Tungkal yang memimpin beberapa Pesirah. Adapun para Pesirah di tanah tungkal ini dahulunya adalah :1-1953) - Pesirah Daeng Ahmad anak dari H.Dahlan (1953-1959) - Pesirah Zikwan Tayeb (1959-1967) - 1969 masa transisi perubahan marga - Syafei Manturidi (1969-1973) - Adnan Makruf (1974-1982) Marga Tungkal Ilir : - Raden Syamsuddin (Pemaraf) - M.Jamin - Pesirah H.Berahim - Pesirah Ahmad - Pesirah Asmuni - Pesirah H.M.Taher Seiring bergulirnya perkembangan zaman berdasarkan keputusan Komite Nasional Indonsia (KNI) untuk Pulau Sumatera di Kota Bukit Tinggi (Sumbar) pada tahun 1946 tanggal 15 April 1946, maka pulau Sumatera di bagi menjadi 3 (tiga) Provinsi, yaitu Provinsi Sumatera Tengah, Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Sumatera Selatan, pada waktu itu Daerah Keresidenan Jambi terdiri dari Batanghari dan Sarolangun Bangko, tergabung dalam Provinsi sumatera Tengah yang dikukuhkan dengan undang - undang darurat Nomor 19 Tahun 1957, kemudian dengan terbitnya undang - undang Nomor 61 Tahun 1958 pada tanggal 6 januari 1958 Keresidenan Jambi menjadi Provinsi Tingkat I Jambi yang terdiri dari : Kabupaten Batanghari, Kabupaten Sarolangun Bangko dan Kabupaten Kerinci. Pada tahun 1965 wilayah Kabupaten Batanghari dipecah menjadi 2 (dua) bagian yaitu : Kabupaten Dati II Batanghari dengan Ibukota Kenaliasam, Kabupaten Dati II Tanjung Jabung dengan Ibukotanya Kuala Tungkal. Kabupaten Dati II Tanjung Jabung diresmikan menjadi daerah kabupaten pada tanggal 10 Agustus 1965 yang dikukuhkan dengan Undang - Undang Nomor 7 Tahun 1965 (Lembaran Negara Nomor 50 Tahun 1965), yang terdiri dari Kecamatan Tungkal Ulu, Kecamatan Tungkal Ilir dan kecamatan Muara Sabak. Setelah memasuki usianya yang ke-34 dan seiring dengan bergulirnya Era Desentralisasi daerah, dimana daerah di beri wewenang dan keleluasaan untuk mengurus rumah tangganya sendiri, maka kabupaten Tanjung Jabung sesuai dengan Undang-undang No.54 Tanggal 4 Oktober 1999 tentang pemekaran wilayah kabupaten dalam Provinsi Jambi telah memekarkan diri menjadi dua wilayah yaitu :1. Kabupaten Tanjung Jabung Barat Sebagai Kabupaten Induk dengan Ibukota Kuala Tungkal2. Kabupaten Tanjung Jabung Timur Sebagai Kabupaten hasil pemekaran dengan Ibukota Pangkalan Bulian. Sumber Lembaga Adat Tanjab Barat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar